Waspadai Kenaikan Harga Bapok Naik Saat Ramadhan, Begini Respon Pemerintah Kukar

Foto : Pedagang di Pasar Tangga Arung, Tenggarong, Kutai Kartanegara menjual cabai dan beberapa kebutuhan dapur lainnya.

Foto : Pedagang di Pasar Tangga Arung, Tenggarong, Kutai Kartanegara menjual cabai dan beberapa kebutuhan dapur lainnya.

Portalborneo.or.id, Tenggarong – Sejumlah harga kebutuhan pokok di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim) merangkak naik menjelang bulan suci Ramadhan 1444 hijriah.  

Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kutai Kartanegara, Sayid Fhatullah mengatakan, hal tersebut memang lumrah terjadi. 

Terlebih menjelang Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HKBN). Isu ketersediaan pangan memang menjadi sorotan menjelang bulan Ramadhan dan Idulfitri. 

Beberapa kebutuhan pokok yang diprediksi naik adalah beras, telur, tepung, minyak goreng dan gula.

Barang-barang tersebut merupakan kebutuhan paling banyak dicari di bulan Ramadhan.  Sebab banyak pedagang yang berjualan jajanan untuk buka puasa dan santap sahur.

“Kenaikannya bersifat kontemporer saja, karena orang menggunakan untuk kue dan berjualan, itu sebabnya kebutuhan melonjak,” ujarnya, Senin (20/3/2023).

Namun demikian, hal ini tak akan menjadi kendala yang berarti, selama stok barang masih tersedia di pasar.

Karena daya beli masyarakat di Kukar terbilang tinggi. Terlebih posisi Kukar beririsan langsung dengan Provinsi Kaltim di Samarinda. 

Sehingga, tidak sulit untuk memperoleh sejumlah kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kalaupun ada kenaikan harga, waktunya tidak akan berlangsung lama dan akan kembali ke harga normal.

“Fluktuasi harga itu biasa terjadi, kita pastikan barang ada dan harus ada,” imbuhnya.

Dari pantauan di lapangan, kenaikan harga sembako terjadi pada komoditas cabai rawit yang mencapai Rp75 ribu per kilogram, dari harga sebelumnya di kisaran Rp 60 ribu per kilogram.

Salah satu pedagang, Hemi (55), mengungkapkan, kenaikan harga cabai rawit sudah terjadi sejak dua pekan ini.

Sementara, untuk harga cabai merah keriting saat ini mencapai Rp 60 ribu per kilogram yang sebelumnya hanya Rp 50 ribu per kilogram.

“Memang harga-harga sembako sudah mulai naik sejak dua minggu lalu,” terangnya.

Namun demikian, Hemi mengaku tak mengetahui secara pasti alasan kenaikan sejumlah harga bahan pokok tersebut.

Ia mengaku terdampak atas kenaikan harga sembako. Sebab kenaikan harga mengakibatkan omzet yang diperolehnya menurun.

Menurutnya, pembeli juga mengurangi pembelian karena mahalnya harga bahan. Termasuk warga yang memiliki warung yang menjual menu makanan pedas.

“Banyak barang dagangan yang tidak terjual, hingga busuk. Banyak pembeli yang mengeluh kenapa harganya naik,” ucapnya.

Selain cabai, harga beras saat ini juga mengalami kenaikan harga. Hemi menyebutkan harga beras naik seribu rupiah per kilogramnya.

Senada, pedagang sayur, Rasmi (60) mengeluhkan soal harga beberapa bahan pokok yang dinilai mahal.

Ia menjelaskan, harga kentang saja saat ini menyentuh Rp 18 ribu per kilogram yang sebelumnya hanya Rp 15 ribu per kilogram.

Kemudian sayur jipang saat ini di harga Rp 8 ribu per kilogram yang sebelumnya hanya Rp 5 ribu per kilogram.

“Kentang naik, bayam naik, semuanya mahal,” keluhnya.

Kenaikan harga bahan pokok membuat para pedagang khawatir. Mereka berharap agar pemerintah terus memberikan perhatian lebih terhadap kenaikan harga komoditas di pasaran.

“Harapannya ya ada kebijakan, supaya tidak terus naik,” harapnya.

(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/Dzl)

Bagikan :

Email
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
[printfriendly]

terkait