Kutai Kartanegara, Portalborneo.or.id – Sejumlah permainan tradisional, seperti gasing asal Kutai Kartanegara mulai tergerus zaman. Permainan tradisional ini hampir tidak diketahui oleh masyarakat karena maraknya teknologi digital.
Padahal, permainan ini punya filosofi karena lahir dalam tradisi masyarakat adat.
Pada era keemasannya, sekitar abad ke-13 ketika Kesultanan Kutai Kartanegara masih berkuasa, permainan ini sangat populer dari kalangan masyarakat hingga kerajaan.
Di tengah situasi ini, seorang penggiat gasing di Tenggarong, Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara, yang tengah berjuang membangkitkan kembali masa kejayaan gasing kutai. Pria itu bernama Norsyamdani.
Perkenalkan gasing khas Kutai Kartanegara ke masyarakat
Bersama Komunitas Keroan Begasing Kutai, pria yang akrab Dani itu memperkenalkan kembali gasing dari sekolah ke sekolah, memperjuangkan masuk dalam event-event olahraga, hingga memperkenalkan ke dunia internasional.
Dani bercerita, permainan yang dulu jadi tradisi setiap musim tanam kini mulai ditinggalkan. Generasi pemainnya sudah berbeda orientasi. Permainan gasing kini hanya dimainkan ketika perlombaan.
“Perbedaan orientasi itu, dipengaruhi keniscayaan teknologi digital dan ketiadaan bahan baku kayu seiring rusaknya hutan di Kalimantan Timur,” katanya kepada wartawan portalborneo.or.id.
Dani memaparkan, gasing khas Kutai Kartanegara ada enam jenis. Yakni gasing prangat, gasing pelele, gasing bengor atau gepeng, gasing tungkul atau jantung pisang, gasing buong berbentuk guci atau gentong. Terakhir gasing pendada berkepala dua.
“Jenis gasing terakhir ini hanya ada di kutai,” sebutnya.
Dani menyukai permainan tradisional ini sejak kecil, saat ia duduk di bangku SD hingga SMA. Saat itu, ia bersama teman-teman seumuran di kampung Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur sering bermain gasing ketika tiba musim tanam.
Permainan adu gasing berbeda dengan bermain gasing lama-lamaan. Cara main, kata Dani, pemain gasing melilit tali pada tubuh gasing sehingga tersisa sedikit untuk pegangan.
Kemudian, masing-masing pemain melepas gasing itu sambil menarik tali saat setengah lemparan. Gasing itu akan berputar.
Bagi pemain yang putaran gasingnya paling cepat berhenti dinyatakan kalah. Sementara, gasing paling lama disebut raja, kedua menteri. “Apabila berhenti bersamaan permainan diulang,” kata Dani.
Permainan gasing untuk kebugaran tubuh
Menurut Dani, permainan gasing sangat menyenangkan. Karena itu, gasing bisa jadi media relaksasi, untuk kebugaran tubuh. Selain itu, bisa mewariskan tradisi leluhur.
“Filosofi hidup yang bisa dipetik, kita jaga etika, jaga moral, saling toleransi, Kesehatan. Hidup kita selalu berputar pada porosnya. Jadi kehidupan itu, kalau kita hidup baik ya, pada titik keseimbangan baik,” terang dia.
Dijelaskan Dani, ada pergeseran orientasi permainan gasing dulu dengan sekarang. Dahulu, kata dia, gasing dimainkan setiap musim tanam dan panen sehingga menjadi tradisi dalam masyarakat kutai.
Tapi, kini tradisi itu mulai ditinggalkan. Permainan gasing hanya dimainkan ketika ada perlombaan. Itupun jarang sekali.
“Dulu kalau musimnya ramai, orang sekampungan main gasing. Kalau sekarang sudah enggak ada. Gasing dimainkan kapan saja terlebih saat lomba,” ucap Dani.
Kini gasing hasil modifikasi juga bertambah. Dani menuturkan, perkembangan itu seturut landasan main yang cenderung di atas lantai semen atau aspal sehingga ujung bawah gasing ditambahi besi. “Kalau pakai kayu, cepat rusak,” ujarnya.
Prihatin dengan kondisi tersebut, Dani mulai konsen gasing sejak 2010. Saat itu, gasing makin terlupakan terutama di daerah kota.
“Sejak itu, kita pikir bagaimana agar gasing ini bangkit lagi, saya ajak teman-teman. Kami bentuk komunitas. Kemudian sosialisasi ke sekolah-sekolah supaya sejak usia dini anak-anak sudah kenal gasing,” terangnya.
Lewat komunitas dengan jumlah sekitar 10 sampai 20 orang ini, Dani dkk pergi ke sekolah-sekolah, mengajarkan cara main kepada murid-murid SD, SMP, SMA dan juga guru-guru.
Mereka juga sosialisasi permainan gasing hingga ke kampung- kampung. “Jadi sekarang lumayan terkenal. Banyak anak-anak sekarang main gasing sejak mengenal. Kadang, TNI dan Polri ikut main, Dandim, Kapolres ikut main, kepala dinas juga ikut main,” tutupnya mengakhiri wawancara.
Dapat dukungan dari Pemkab Kukar
Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah mengapresiasi upaya pelestarian yang digarap Dani. Menurutnya, gasing khas Kutai Kartanegara adalah budaya yang mesti dipertahankan.
Pemkab Kutai Kartanegara telah membentuk sejumlah komunitas yang fokus melestarikan gasing tradisional. Komunitas tersebut kata dia melalui pembinaan Dinas Pemuda dan Olahraga.
“Budaya yang ada di era nenek moyang kita dulu (Adv)