Portalborneo.or.id, Samarinda – Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) melaksanakan Pelatihan pengembangan SDM Digital di Hotel Mercure Samarinda pada Senin, (13/2/2023).
Peserta pelatihan tersebut dilakukan selama periode APBD Murni tahun 2023 dengan jumlah target peserta sebanyak 2120 orang yang dibagi menjadi beberapa pelatihan sesuai bidang masing-masing.
Terdiri dari Junior Office Operator sebanyak 135 orang dan saat ini berjalan sejumlah 45 orang. Sistem manajemen layanan teknologi informasi sebanyak 180 orang dan berjalan sejumlah 60 orang. Public speaking sebanyak 345 orang, CPNS lulusan STAN sebanyak 22 orang, safety riding patwal VVIP sebanyak 10 orang.
Diklat PPNS sebanyak 2 orang, diklat perencana sebanyak 20 orang, diklat penilai barang milik daerah sebanyak 3 orang, diklat legal drafting sebanyak 2 orang, JF bidan pengangkatan pertama sebanyak 8 orang, diklat pengelola limbah B3 1 orang, uji kompetensi jabatan fungsional sebanyak 10 orang.
Selain itu, ada orientasi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) sebanyak 1050 orang dan berjalan 391 orang. Pelatihan kepemimpinan pengawas sebanyak 80 orang, pelatihan KA sebanyak 30 orang, barang jasa sebanyak 20 orang, pengelola parkir 2 orang, pengendalian LLAJ 2 orang, bimtek IT 4 orang, jabatan administrator penilaian kompetensi sebanyak 180 orang, assesment JPT sebanyak 12 orang dan bendahara 4 orang.
Pelatihan tersebut dibuka oleh Wali Kota Samarinda, Andi Harun. Menurutnya, isntitusi pemerintah merupaka institusi penting untuk pembangunan daerah. Sehingga, diperlukannya persiapan SDM yang paham dengan digital.
Permintaan itu lantaran melihat peradaban masyarakat saat ini telah berubah menjadi lebih efisien dan lebih akuntabel.
“Pelayanan dalam bentuk konvensional makin tahun makin kita harus kurangi di semua sektor. Aplikasi atau implementasi digitasl service itu sudah tidak bisa lagi kita bendung,”ujarnya.
Disinggung mengenai kesiapan infrastruktur pendukungnya, Andi menyatakan hal itu bisa dilakukan secara paralel. Karena, jika infrastruktur pendukung terpenuhi, namun SDMnya belum siap mengoperasikannya. Menjadi suatu hal yang sia-sia.
“Menggunakan prinsip ‘man behind the gun’. Sebenarnya persoalan pentingnya bukan canggihnya peralatan, tapi dimana kecanggihan SDMnya yang mengoperasikan itu. Itu yang kita bina sekarang. Kita ingin segera berlari kencang untuk melakukan peningkatan kualifikasi daya intelektual kita,”tegasnya.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/ADV/SYa*)