Portalborneo.or.id, Samarinda – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda melihat ancaman inflasi yang tinggi ke depan, dengan berbagai cara untuk mengahadapi persoalan tersebut.
Salah satunya mendorong masyarakat untuk menanam tanaman pangan seperti cabai dan tomat di halaman belakang rumahnya, dimana pemerintah kota membantu menanam benihnya. Selain itu, program pengendalian inflasi di Kota Tepian diperluas ke berbagai program penguatan pertanian.
Hal itu disampaikan Wali Kota Samarinda, Andi Harun, saat ditemui awak media di balai kota. Program tersebut menjadi kunci stabilisasi harga, karena diketahui kebutuhan pangan masyarakat Samarinda sudah lama bergantung pada daerah lain seperti Sulawesi dan Jawa.
“Kami sedang membangun irigasi dan infrastruktur pendukung pertanian untuk meningkatkan hasil pangan,” kata Andi Harun.
Gudang makanan warga Samarinda terletak di pinggiran kota, yaitu Desa Bentuas, Bukuan, Giri Rejo dan Tanah Merah. Disebut Andi Harun, upaya tersebut bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Cara ini bisa menyeimbangkan makanan luar,” tuturnya.
Selain itu, orang nomor satu di Samarinda menjelaskan, infrastruktur jalan pertanian juga dilengkapi untuk memudahkan transportasi kendaraan ke pasar umum hasil pertanian di Samarinda, Senin (31/10/2022).
“Pasar rakyat terintegrasi juga dilaksanakan oleh pemerintah kota,” jelasnya.
Adapun informasi terkini, Kalimantan memiliki inflasi tertinggi di Sampit, Kalimantan Tengah dan Singkawang di Kalimantan Barat, sedangkan Balikpapan di Kalimantan Timur 5,18 persen. Sedangkan Kota Samarinda 4,45 persen dan rata-rata inflasi nasional 5,26 persen.
Kemudian negara yang mengalami inflasi sangat tinggi di Asia Tenggara adalah Laos dan Singapura. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas pemerintah, khususnya pemerintah kota, untuk berupaya menekan inflasi di samping memajukan masyarakat.
(Tim Redaksi Portalborneo.or.id/ADV/Nfl)